Keutamaan Malam Lailatul Qadar : Lailatul Qadar atau malam yang banyak dicari umat muslim. Lailatul Qadar dinyatakan sebagai malam yang kemuliaannya melebihi malam seribu bulan, dan malaikat sama turun di malam tersebut. Lalilatul Qadar disinggung dalam al-Qur’an surat al-Qadar ayat 1 sampai 5. Malam Lailatul Qadar dikenalkan sebagai malam di mana Allah menurunkan Al-Qur’an.
Lailatul Qadar dipercaya sebagai malam yang dapat melipat gandakan pahala ibadah, serta mengabulkan segala doa. Setiap muslim menginginkan dapat memperoleh Lailatul Qadar.
Sayangnya, kapan Malam Lailatul Qadar itu terjadi pastinya tidak ada yang tahu. Cukup banyak hadis yang menerangkan waktu terjadinya lailatul qadar. Tapi sekilas bertentangan satu sama lain dan sulit mengambil kesimpulan kepastian kapan terjadinya Malam Lailatul Qadar.
Beberapa hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari tentang waktu-waktu turunnya lailatul qadar diantaranya adalah:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
“Diriwayatkan dari Ibn Umar RA bahwa beberapa sahabat Nabi salallahualaihi wasallam diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi, di tujuh hari terakhir. Rasulullah salallahualaihi wasallam lalu bersabda: ‘Aku melihat mimpi kalian bertepatan di tujuh hari terakhir. Siapa yang ingin mencarinya, carilah ia di tujuh hari terakhir.”
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ وَكَانَ لِي صَدِيقًا فَقَالَ اعْتَكَفْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ فَخَرَجَ صَبِيحَةَ عِشْرِينَ فَخَطَبَنَا وَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوَتْرِ
“Diriwayatkan dari Abi Salamah bahwa ia berkata: aku bertanya pada Abi Sa’id; ia adalah temanku. Ia lalu berkata ‘Kami beri’tikaf bersama Nabi salallahualaihi wasallam dalam 10 hari pertengahan dari bulan Ramadan. Lalu beliau keluar dari rumah di pagi hari tanggal 20. Beliau lalu berkhutbah di hadapan kami. Beliau berkata ‘Aku diperlihatkan lailatul qadar lalu aku lupa tepat waktunya.
Carilah ia di sepuluh hari terakhir, di hari ganjil’.”
Para ulama’ memiliki kesimpulan yang berbeda-beda sesuai riwayat hadis atau pemahaman yang mereka miliki. Imam al-Hafidz al-Iraqi dalam Kitab Fadhailu Waalami Lailatil Qadar menyimpulkan ada 27 pendapat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar.
Perbedaan itu mencakup apakah di setiap tahunnya Lailatul Qadar jatuh pada malam yang sama atau berpindah-pindah, dan apakah hanya jatuh di bulan Ramadan atau juga di selainnya Ramadan.
Sedang menurut Imam an-Nawawi, salah seorang ulama’ terkemuka dalam madzhab syafi’i menilai bahwa pendapat yang kuat adalah Lailatul Qadar jatuh di setiap tahunnya di malam yang berbeda-beda. Hal ini demi memadukan berbagai riwayat hadis yang menunjukkan waktu yang berbeda-beda tentang terjadinya malam Lailatul Qadar.
Hanya saja, para ulama’ yang diberi kesempatan oleh Allah menemui Lailatul Qadar banyak yang kemudian mencatat pengalaman mereka, termasuk memberi semacam kaidah kapan biasanya Lailatul Qadar terjadi.
Allah Ta’ala berfirman;
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ [٩٧:١] وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ [٩٧:٢] لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ [٩٧:٣] تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ [٩٧:٤] سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ [٩٧:٥]
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada Malam Lailatul Qadr. Dan tahukah engkau apa malam Lailatul Qad itu? Malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu Para Malaikat dan ruh (Jibril) turun atas izin Tuhannya, untuk menjalankan semua perintah. Damai! Sampai terbitnya fajar.(Qs Al Qadr:1-5)
Al Qur’an diturunkan pada malam tersebut,malam yang disebut oleh Allah sebagai malam yang diberkahi. Sekelompok salaf diantaranya Ibnu Abbaas,Sa’id bin Jubair,’Ikrimah,Mujahid dan sebagainya mengatakan bahwa malam yang diberkahi yang diturunkan di dalamnya Al Qur’an tersebut adalah malam Lailaitul qadri.
Firman Allah, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,“ (Qs.44:4), maksudnya pada malam itu ditetapkan taqdir semua makhluk selama setahun. Seperti tentang kehidupan,kematian,orang-orang yang sukses,yang binasa, yang bahagia dan sengsara,yang mulia dan hina, semua yang diinginkan oleh Allah dalam setahun tersebut.
Maksud penulisan/pencatatan taqdir semua makhluk pada malam lalilatl qadri –wallaahu a’lam –adalah pemindahan catatan tersebut dari Lauhul mahfudz. Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata: ”Seseorang terlihat sedang terlihat membentangkan permadani, atau sedang menanam di ladang tapi ternyata masuk dalam daftar orang-orang yang akan mati”. Maksudnya dia tercatat pada malam lailaitul qadri sebgai orang
yang akan meninggal (tahun itu).Dikatakan pula bahwa pada malam ini taqdir-taqdir makhluk dijelaskan kepa para Malaikat.
Dalam surah Al Qadr Allah berfirman tentang malam yang mulia ini: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada Malam Lailatul Qadr. Dan tahukah engkau apa malam Lailatul Qad itu? Malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu Para Malaikat dan ruh (Jibril) turun atas izin Tuhannya, untuk menjalankan semua perintah. Damai! Sampai terbitnya fajar.(Qs Al Qadr:1-5)
Allah menamainya dengan malam lailatul qadri (malam yang mulia) karena kedudukan nya yang agung dan posisinya yang mulia dalam pandangan Allah Ta’ala ,serta banyaknya pengampunan dosa,satrul uyub (menutup aib) ,ia adalah malam pengampuna dosa sebagaimana dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabdab: ”Barangsiapa yang menghidupkan malam lalailatul qadari karena Iman dan ihtisab ,akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Dikatakan pula,disebut Lailatul qadar karena karena taqdir makhluk ditetapkan dan ditulis pada malam itu.
Berkata Khalil bin Ahma drahimahullah:”Dinamakan lailatul qadri karena karena bumi menyempit lantaran banyaknya Malaikat yang turun ke bumi pada malam itu.dimana diantara makna al qadr adalah attadhyiiq(menyempit) sebagaimana firman Allah:”Namun apabila Tuhan mengujinya dan mentakdir/membatasi rezkinya …..” (QS Al Fajr:16). Maksudnya Allah mempersemit rezkinya.
Firman Allah :”Wamaa adraaka Maa lailatul qadri? Tahukah kamu apa lailatul qadri itu?” Ini adalah pertanyaan yang bermaksud mempertegas kemuliaan dan menampakkan keagungan malam tersebut.
“lailatul qadri kharun min alfi syahr/Lailatul qadri lebih baik dari seribu bulan”.Lebih baik dari 83 tahun lebih. Ini merupakan keutamaan yang besar, tidak ada yang mengetahui kadar –kemuliaan-nya keculi Allah Tabarakan wa ta’ala Tuhan semesta alam.
Mencari malam Lailatul Qadar
Dianjurkan untuk mencari atau berusaha mendapatkan malam Lailatul Qadri pada bula Ramadhan, khususnya pada sepuluh malam terakhir, dan lebih khusus lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam ke- 21, 23, 25, 27, dan 29. Dalam shahih Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
التمسوها في العشر الأواخر ، في الوتر
”Carilah dia pada malam-malam ganjil sepuluh terakhir”. (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits Ibnu ‘Abbaas radhiyallaahu ‘anhuma diterangkan bahwa Nabi bersabda:
التمسوها في العشر الأواخر من رمضان ليلة القدر في تاسعة تبقى ، في سابعة تبقى ، في خامسة تبقى
”Carilah dia pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Lailaitul qadri pada Sembilan malam yang tersisa(21), tujuh malam yang tersisa (23), lima malam yang tersisa (25).
Berarti lebih diharapkan pada malam –malam ganjil.
Dalam shahih Bukhari ada sebuah hadits dari ‘Ubaadah bin shamith radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: ”Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar untuk mengabarkan kepada kami tentang lailatul qadri, lantas dua orang dari kaum Muslimin bertengkar, maka Beliau bersabda: ”Aku keluar untuk mengabari kalian tentang lailatul qadri, tetapi fulan dan fulan bertengkar, maka akhirnya ia diangkat.
Semoga hal in lebih baik bagi kalian, maka carilah dia pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima. Maksudnya pada malam-malam ganjil.
Lailatul Qadar lebih besar kemungkinannya pada tujuh malam terakhir, karena disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma bahwa beberapa sahabat Nabi melihat di dalam mimpi bahwa lailatul qadri terjadi pada tujuh malam terkhir,
Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Aku melihat mimpi kalian bersamaan pada tujuh malam terakhir ,barangsiapa yang ingin mencari lailatul qadar , hendaknya ia mencarinya pada tujuh malam terakhir”.(HR Bukhari dan Muslim).
Dan lebih diharapkan lagi pada malam keduapuluh tujuh. Telah datang sebuah hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melalui Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma dalam Musnad Imam Ahmad dan juga dari Muawiyah dalam Sunan Abu Daud bahwa Nabi bersabda: ”Lalilatul qadri pada malam keduapuluh tujuh”.
Keberadaan lalilatul qadar pada malam ke duapuluhtujuh merupakan madzhab kebanyakan sahabat dan mayoritas ulama, sampai-sampai Ubai bin Ka’ab bersumpah, tidak ada kecuali lailatulqadri pada malam keduapuluhtujuh. Demikianpula dengan Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, beliau berpendapat bahwa lailiatul qadri pada malam keduapuluhtujuh.
Tetapi keberadaan lailautul qadri pada malam kedua puluh tujuh hanyalah kebanyakan/kadang-kadang,-wallaahu a’lam-bukan seterusnya. Kadang terjadi pada malam 21 sebagaimana dalam hadits Abu sa’id al Khudri radhiyallaahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa pada subuh dua puluh satu Ramadhan Nabi sujud di atas tanah berair.
Dianjurkan pada malam lailatul qadri memperbanyak doa’, khususnya do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika saya mengetahui lailatul qadri,apa yang saya katakan pada malam itu? Beliau bersbda, ucapkanlah;
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
”Ya Allah,sungguh engkau Maha pemaaf (pengampun) mencantai ampunan,maka ampuni/maafkanlah aku”. (HR Tirmidziy dan Ibnu Majah) .
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar
Tanda Pertama: Disebutkan dalam shahih Muslim dari hadits Ubai bin Ka’ab radhiyallaahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaiahi wasallam mengabarkan bahwa diantara tanda lailatul qadri adalah Pada pagi hari matahari terbit dengan sinar yang tdiak menyengat. (HR Muslim)
Tanda kedua: Diterangkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Imam Thayaalisi dalam musnadnya dengan sanad shahih bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Malam Lailatul qadr adalah malam yang sejuk tidak panas dan tidak dingin, di pagi harinya cahaya mentarinya lembut dan berwarna merah (HRIbnu Khuzaimah dan Thayaalisiy)
Tanda Ketiga: Disebutkan oleh Imam Thabraniy dengan sanad hasan dari hadits Wasilah bin Asqa’ radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Malam lailatul qadri adalah malam yang bercahaya, tidak panas, tidak dingin dan tidak berawan”.(HR Thabrani dan Ahmad).
Inilah tiga hadits shahih yang menjelaskan tanda-tanda Lailatul Qadri.
Selain itu adapula hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari ‘Ubaadah bin Shamit radhiyallaahu ‘anhu dengan sanad shahih,Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sungguh,malam lailatul qadri adalah malam yang bersih,bercahaya,pada malam itu bulan bersinar,malam yang tenang dan teduh,tidak panas tidak dingin dan tidak berawan.
Di pagi harinya matahari terbit sedang-sedang tidak menyengat,seperti malam bulan purnama dan tidak diperkenankan bagi setan keluar besamaan terbitnya matahari pada hari itu. (HR Ahmad).
Sebagian Ulama lain menyebutkan tanda-tanda lain yang tidak ada asalnya dan tidak shahih. Kita sebutkan di sini untuk mengingatkan ketidakbenarannya.
Imam Thabari menyebutkan, suatu kaum ada yang mengatakan bahwa diantara tanda lailatul qadri adalah, pada malam itu pepohonan sujud/merunduk hingga sampai ke tanah/bumi,kemudian kembali ke tempatnya semula. Ini tidak shahih.
Ada yang menyebutkan,pada malam lailatul qadar air asin berubah menjadi manis.Ini juga tidak shahih. Ada pula yang mengatakan bahwa pada malam itu anjing-anjing tidak menggonggong. Ini pun tidak shahih.
Ada juga yang mengatakan, pada malam itu cahaya menyebar ke seluruh penjuru bahkan sapai di tempat-tempat gelap. Inipun tidak shahih.
Disebutkan pula bahwa pada malam itu orang- orang mendengar ucapan salam di seluruh tempat. Ini semua tidak shahih,kecuali yang dimaksud adalah hal itu dialami secara khusus oleh sebagian orang yang dipilih dan dimuliakan oleh Allah Ta’ala, mereka melihat cahaya di seluruh tempat, atau mendengar ucapan salam Malaikat.
Boleh jadi ini merupakan karamah yang bagi orang yang dipilih telah dipilih dan diseleksi oleh Allah pada malam yang penuh berkah tersebut. Adapun hal itu dialami oleh semua orang secara umum,maka ini bathil bertentangan dengan dalil –dalil hissiyah dan kenyataan yang ada.
Kita tutup /akhiri pembicaraan tentang Lailatul Qadar dengan dua hal berikut:
Pertama : Harus diketahui,tidak selamanya orang yang mendapati malam Lailatul qadri harus mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailaitul qadri. Tetapi ukurannya adalah kesungguhan dan keikhlasan, entah dia tahu, malam itu Lailatul Qadar atau tidak. Boleh jadi yang mendapatkan (keutamaan) malam Lailatul Qadar adalah orang yang tidak tahu bahwa malam itu adalah lailatul qadar.
Tetapi dia bersungguh-sungguh dalam beribadah, khusyu’menangis dan berdo’a. Bahkan boleh jadi mereka ini lebih afdhal dan lebih agung kedudukannya di sisi Allah dari orang yang tahu bahwa malam tersbut adalah Lailatul Qadar.
Kedua : Bahwa Lailatul Qadar tidak khusus bagi para sahabat Nabi menurut pendapat terkuat. Tetapi ia milik seluruh ummat ini dan bahkan ummat terdahulu. Imam Nasai telah meriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ”Wahai Rasulullah, apakah lalailatul qadar juga terjadi pada para Nabi, yang jika mereka meninggal dunia maka lailatul qadri tersebut diangkat? Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ”Sekali-kali tidak, tetapi ia tetap ada hingga hari kiamat”.
Hadits ini lebih shahih dari dari hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam Kitab Muwatho,bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam diperlihatkan umur ummatnya,beliau menganggap singkat umur ummatnya,sehingga Allah memberikannya Lailatul qadar,yaitu satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Andaipun hadits tersebut shahih, maka memungkinkan untuk ditakwilkan. Adapun hadits Abu Dzar sangat jelas (menyebutkan) bahwa lailatul qadri terjadi pula pada para Nabi terdahulu. Diantara argument yang menguatkan hal ini adalah firman Allah: ”Sesungguhnya kami menurunkan Al Qur’an pada malam kemuliaan” ((Qs Al Qadr:1).
Dan sudah dimaklumi bahwa Al qur’an diturunkan bersamaan dengan kenabian Muhammad shallallaahu’alaihi wasallam. Sedangkan sebelum diutus menjadi Nabi, malam yang saat itu merupakan malam Lailatul Qadri menjadi milik Nabi tersebut.