NFT atau (Non Fungible Token) menjadi perbincangan setelah Sultan Gustaf Al Ghozali alias Ghozali Everyday meraup miliaran rupiah dari hasil menjual ratusan foto selfie pribadinya di platform marketplace NFT OpenSea.
Namun, di balik keberhasilan Ghozali meraup untung tersebut ada risiko dan ancaman terutama soal keamanan data pribadi. Pemerhati Budaya dan Pakar Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, mengatakan bahwa ada ancaman untuk setiap penyebaran data pribadi di platform digital. Sehingga ia mengingatkan agar tidak sembarangan menggunggah informasi pribadi di platform digital.
Jika ada pihak lain yang hendak memanfaatkan, sesungguhnya semua data dari pemilik NFT telah tersedia. Untuk meminimalisasi penyalahgunaan, restriksi etis lah yang bisa mencegah pemiliknya dari ancaman ketidakamanan.
Selain ancaman keamanan data pribadi, Firman juga mengatakan, kendati karya yang diperjualbelikan di NFT OpenSea tercatat, namun tetap saja ada potensi penjiplakan.
Di era digital, setiap aktivitas akan tercatat dan tidak terhapus. Aktivitas tersebut termasuk mengunggah data pribadi seperti nama, jenis kelamin, golongan darah, NIK, nomor rekening, alamat rumah, sampai riwayat kesehatan.
dengan kondisi tersebut membuat keamanan data pribadi sudah tidak ada di tangan individu yang telah mengunggahnya ke platform digital. Untuk itu, ia menegaskan jangan sembarangan dalam menyebarkan data pribadi di platform digital.
Maka untuk memastikan saya tetap aman, maka mau tak mau harus ‘hemat’ dalam memberikan data pribadi. Jangan terlalu kerap mengobral diri pada platform digital, jika perilaku kita tak ingin dikenali oleh pihak lain. Selain data-data diri terkait eksistensi diri di atas, sangat terbatas menyebarkannya.